Baca : Filipi 1:20-26
Karena bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (Filipi 1:21)
Tinggal di
negeri orang, di kota Seoul Korea Selatan membawa tantangan tersendiri. Salah
satunya adalah rasa kangen pada masakan negeri sendiri. Setelah tiap hari menikmati
kimci (makanan khas Korea berupa fermentasi sayur-sayuran), kadang datang rasa
kangen masakan Indonesia seperti rendang, sayur lodeh, gulai kambing, ikan
asin, sambel terasi dan lain-lain. Tetapi demi rasa kangen itu, perjalanan
empat jam pergi dan pulang ke kota multikultural Ansan pun dilakoni. Di sana ada
beberapa restoran Indonesia yang jual aneka masakan Indonesia. Rasa kangennya
terobati dengan melangkah pergi, bukan sekedar membayangkan rasa masakan
Indonesia saja.
Hidup
di dunia ini bagaikan sedang dalam perantauan sampai tiba waktunya kita kembali
kepada Allah Bapa kita. Rasa “kangen” itu makin menjadi saat kita alami
penderitaan yang luar biasa. Kadang kita berpikir, “Duh enaknya tinggal bersama
Bapa. Di sana tidak akan ada lagi tangis, kesusahan dan penderitaan. Di sana
ada sukacita bersama Allah.” Perasaan yang lumrah, bahkan Paulus juga rasakan
itu (ay. 23).
Hanya saja rupanya rasa “kangen” itu
dapat “terbayar” dengan belajar dari Paulus dalam suratnya kepada jemaat di
Filipi ini. Meski rasa “kangen” untuk pergi kepada Allah Bapa begitu besar,
Paulus sadar bahwa ada yang harus ia kerjakan di sini. Apa yang ia kerjakan
itulah yang jadi obat “kangen”-nya, yaitu “tinggal di dalam dunia ini, terus
hidup dan bekerja memberi buah” (ay. 22, 25). Jadi masih “kangen”? Ayo bekerja memberi
buah bagi hormat dan kemuliaan Allah. - AAS
PELAYANAN TERBESAR YANG DAPAT KITA BERIKAN
KEPADA ALLAH ADALAH MEMENUHI PANGGILAN ROHANI KITA. (Gresham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar